Friday 28 June 2013

ASKEP MANIA




LAPORAN PENDAHULUAN

I.       MASALAH UTAMA
Gangguan alam perasaan: mania.

II.    PROSES TERJADINYA MASALAH
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadang­kadang sebagai pikiran yang meloncat‑loncat (flight of ideas).
Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang merasa tidak berharga dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima perasaan ini, mereka menyangkalnya dan mengakibatkan timbulnya kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak bicara, banyak pikiran dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan pada satu topik. Meskipun mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan, sebenarnya pasien penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan terutama terhadap lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara kasar dalam cetusan‑cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik yang lain.
Pada pasien depresif tampak menonjol perasaan bersalah dan kebutuhan akan hukuman atas tingkah laku yang buruk, sedangkan pada pasien dengan mania rasa permusuhannya timbul, ia bertindak seolah‑olah mempunyai kekuasaan yang penuh dan tidak pernah membiarkan rasa bersalah menguasai dirinya. Dari luar pasien tampak memilikikepercaya­an diri yang penuh dan membesarkan diri untuk menutupi perasaan tidak berharga, yang pada dasarnya bersifat depresif.
Pasien membutuhkan cinta kasih dan perlindungan. Untuk mendapatkan ini pasien berusaha menguasai orang lain agar memenuhi dan memberi kepuasan kepadanya. Karena kebutuhan ini tidak nampak orang tidak melihatnya, bahkan menolak karena sikapnya yang mengganggu orang lain. Penolakan ini menimbulkan kecemasannya bertambah yang mengakibatkan gejala manianya lebih menonjol.


III.  A. POHON MASALAH














      
                                                                                         
  1. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1.      Masalah keperawatan:
a.       Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur.
b.      Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan.
c.       Gangguan komunikasi: verbal.
d.      Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
e.       Defisit perawatan diri.
f.       Gangguan alam perasaan: mania.
g.      Koping maladaptif.

2.      Data yang perlu dikaji:
a.      Data subyektif:
Banyak bicara, kadang waham besar, pembicaraan mudah beralih topik (flight of ideas), menghasut, tak punya rasa malu / bersalah.

b.      Data obyektif:
Ekspresi wajah tegang, riang berlebihan, kurang memperhatikan makan dan minum, kurang istirahat / tidur, tidak bertanggungjawab, mudah tersinggung / terangsang, tidak tahan kritik, aktivitas motorik meningkat, berdandan aneh dan berlebihan, menantang bahaya, kacau, kebersihan diri kurang.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan mania.
2.      Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mania.
3.      Gangguan komunikasi: verbal berhubungan dengan mania.
4.      Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur berhubungan dengan mania.
5.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan mania.
6.      Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

V.    RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a.       Tujuan umum: sesuai masalah (problem).
b.      Tujuan khusus
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1.       Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.
1.2.       Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
1.3.       Bicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat.

2.      Klien dapat mengungkapkan perasaannya
Tindakan:
2.1.       Beri kesempatan klien unutk mengungkapkan perasaannya.
2.2.       Beri kesempatan klien mengitarakan keinginan dan pikirannya dengan teknik focusing.
2.3.       Bicarakan hal-hal yang nyata dengan klien.
3.      Klien dapat menggunakan koping adaptif
Tindakan:
3.1.       Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan kesal, marah, dan tak menyenangkan.
3.2.       Bicarakan kerugian cara yang telah digunakan.
3.3.       Jelaskan tentang batas tingkah laku yang wajar.
3.4.       Bantu klien menemukan cara lain yang lebih posistif.
3.5.       Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima.
3.6.       Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
3.7.        Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.

4.      Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tindakan:
3.1.      Tempatkan klien di ruang yang tenang, tidak banyak rangsangan, tidak banyak peralatan.
3.2.      Jauhkan dan simpan alat‑alat yang dapat digunakan oleh pasien untuk mencederai dirinya,orang lain dan lingkungan, ditempat yang aman dan terkunci.
3.3.      Temani klien jika nampak tanda-tanda marah / agresif.
3.4.      Lakukan pengekangan fisik jika klien tidak dapat mengontrol perilakunya.

4.   Klien dapat melakukan kegiatan terarah
Tindakan:
4.1.       Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan motorik yang terarah, misal: menyapu, joging dll.
4.2.       Beri kegiatan individual sederhana yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh klien.
4.3.       Berikan kegiatan yang tidak memerlukan kompetisi.
4.4.       Bantu klien dalam melaksanakan kegiatan.
4.5.       Beri reinforcement positif atas keberhasilan pasien.

5.      Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya
Tindakan:
5.1.        Diskusikan tentang manfaat makan dan minum bagi kesehatan.
5.2.        Ajak klien makan makanan yang telah disediakan, temani selama makan.
5.3.        Ingatkan klien untuk minum ½ jam sekali sebanyak 100 cc.
5.4.        Sediakan makanan TKTP, mudah dicerna.

6.      Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya
Tindakan:
7.1.       Diskusikan pentingnya istirahat bagi kesehatan.
7.2.       Anjurkan klien untuk tidur pada jam-jam istirahat.
7.3.       Sediakan lingkungan yang mendukung: tenang, lampu redup dll.



7.      Klien terpenuhi kebersihan dirinya
Tindakan:
7.1.       Diskusikan manfaat kebersihan diri bagi kesehatan.
7.2.       Bimbing dalam kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi).
7.3.       Bimbing pasien berhias.
7.4.       Beri pujian bila klien berhias secara wajar.

8.      Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
          8.1.  Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
8.2.   Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
8.3.   Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
8.4.   Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

9.      Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan:
9.1.Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
9.2.Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
9.3.Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
9.4.Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.



ASKEP CURIGA



ASKEP CURIGA

A. Proses terjadinya masalah.
            Prilaku curiga merupakan gangguan berhubungan  dengan orang lain dan lingkungan  yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat individu berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Prilaku curiga merupakan prilaku proyeksi terhadap perasaan ditolak, ketidakadekuatan dan inferiority. Ketika klien kecemasannya meningkat dalam merespon terhadap stresor, intra personal, ekstra personal dan inter personal. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/  bahaya dari luar. Klien akan mempunyai fokus untuk memproyeksikan perasaannya yang akan menyebabkan perasaan curiga terhadap orang lain dan lingkungannya. Proyeksi klien tersebut akan  menimbulkan prilaku agresif sebagaimana yang muncul pada klien atau klien mungkin menggunakan mekanisme pertahanan yang lain seperti reaksi formasi melawan agresifitas, ketergantungan, afek tumpul, denial, menolak terhadap ketidaknyamanan.
            Faktor predisposisi dari curiga adalah tidak terpenuhinya trust pada masa bayi. Tidak terpenuhinya  karena lingkungan yang bermusuhan, orang tua yang otoriter, suasana yang kritis dalam keluarga, tuntutan lingkungan yang tinggi terhadap penampilan anak serta tidak terpenuhinya kebutuhan anak. Dengan demikian anak akan menggunakan mekanisme fantasi untuk meningkatkan harga dirinya atau dia akan mengembangkan tujuan yang tidak jelas.
            Pada klien , dari data yang ditemukan faktor predisposisi dari prilaku curiga adalah gangguan pola asuh. Di dalan keluarga klien merupakan anak angkat dari keluarga yang pada saat itu belum memiliki anak. Klien menjadi anak kesayangan ayahnya, karena klien dianggap sebagai pembawa rejeki keluarga. Sejak kelahiran adik-adiknya ( 7 orang ) klien mulai merasa tersisih dan tidak diperhatikan, merasa tidak nyaman, sehingga klien merasa terancam dari lingkungan keluarganya. Sejak itu klien tidak percaya pada orang lain, sering marah-marah dan mengamuk sehingga klien dibawa oleh keluarganya ke RS jiwa.


B. Masalah-masalah yang muncul pada klien curiga.
            Masalah yang biasanya timbul pada klien curiga karena adanya kecemasan yang timbul  akibat klien merasa terancam konsep dirinya, kurangnya rasa percaya diri terhadap lingkungan yang baru/asing (masalah ini tidak muncul pada klien G). Masalah lain yang juga sering muncul pada klien curiga yaitu marah, timbul sebagai proyeksi dari keadaan ketidak adekuatan dari perasaan ditolak (masalah ini muncul pada klien ).
            Isolasi sosial merupakan masalah yang juga muncul pada diri klien. Klien menarik diri akibat perasaan tidak percaya pada lingkungan . Curiga merupakan afek dari mekanisme koping yang tidak efektif, klien menunjukan bingung peran, kesulitan membuat keputusan, berprilaku destruktif dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tidakl sesuai, dan masalah ini ada pada diri klien.
            Masalah lain yang timbul adalah gangguan perawatan diri dan data yang diperoleh : klien berpenampilan tidak adekuat, dimana klien tidak mandi, tidak mau gosok gigi, rambut kotor dan banyak ketombe, kuku kotor dan panjang. (masalah ini ada pada diri klien)
            Pada klien muncul juga gangguan harga diri rendah, dimana klien mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya ditunjukkan dengan prilaku menarik diri atau menyerang orang lain.( masalah ini ada pada diri klien)
            Potensial gangguan nutrisi, pada klien curiga biasanya mengira makanan itu beracun atau petugas mungkin sudah memasukkan obat-obatan ke dalam minumannya, akibatnya tidak mau makan - minum. (masalah ini tidak ada pada diri klien)

PELAKSANAAN PROSES KEPERAWATAN

            Pelaksanaan proses keperawatan berorientasi pada masalah yang timbul pada klien. Pada bab ini akan menyampaikan secara singkat mengenai pelaksanaan proses keperawatan yang meliputi : Diagnosa Keperawatan, Tujuan jangka panjang, Intervensi, Evaluasi dan tindak lanjut. Adapun proses keperawatan secra lengkap ada pada lampiran.
Diagnosa keperawatan I
Potensial melukai diri sendiri/ orang lain s/d ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif.
Tupan : Tidak melukai orang lain/ diri sendiri serta mampu mengungkapkan marah secara konstruktif.
Intervensi :
1.      Membina hubungan saling percaya dengan klien .
2.      Memelihara ketengann lingkungan, suasana hangat dan bersahabat.
3.      Mempertahan kan sikap perwat secara konsisten.
4.      Mendorong klien untuk mengungkapkan  hal-hal yang menyebabkan klien marah.
5.      Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah.
6.      Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilekukan bila klien marah.
7.      Mendiskusikan dengan klien cara mengungkapkan marah secara konstruktif.
8.      Mendiskusikan dengan keluarga ( pada saat kunjungan rumah ) ttg marah pada klien , apa yang sudah dilakukan bila klien marah dirumah bila klien cuti.
Evaluasi :
·         Klien mau menerima petugas (mahasiswa ), dan membalas salam.
·         Berespon secara verbal.
·         Membalas jabat tangan, mau diajak berbicara.
·         Klien mampu mengungkapkan penyebab marahnya.
·         Klien dapat mengenal tanda-tanda marah.
·         Klien megatakan kalau amuk itu tidak baik.
·         Klien dapat memperagakan tehnik relaksasi.
Tindak lanjut :
·         Melanjutkan untuk latihan marah yang konstruktif dengan tehnik relaksasi, tehnik asertif.
Diagnosa keperawatan II
Gangguan hubungan sosial; menarik diri sehubungan dengan curiga.
Intervensi :
1.      Membina hubungan saling percaya.
2.      Bersikap empati pada klien.
3.      Mengeksplorasi penyebab kecurigaan pada klien .
4.      Mengadakan kontak sering dan singkat.
5.      Meningkat respom klien terhadap realita.
6.      Memberikan obat sesuai dengan program terapi dan mengawasi respon klien.
7.      Mengikut sertakan klien dalam TAK sosialisasi untuk berinteraksi.
Evaluasi :
·         Klien mampu mengeksplorasi yang menyebabkan curiga.
·         Klien disiplin  dalam meminum obat sesuai program terapi.
Tindak lanjut:
·         Teruskan untuk program sosialisasi/ interaksi klien untuk mengurangi kecurigaan.
Diagnosa Keperawatan III
Penampilan diri kurang s/d kurang minat dalam kebersihan diri.
Tupan : Penampilan klien rapih dan bersih serta klien mampu merawat kebersihan diri.
Intervensi :
1.      Memperhatikan tentang kebersihan klien .
2.      Mendiskusikan dengan klien ttg gunanya kebersihan.
3.      Memberikan reinforsemen positif apa yang sudah dilakukan klien.
4.      Mendorong klien untuk mengurus kebersihan diri.
Tindak lanjut :
·         Perlu dilanjutkan dengan TAK tentang kegiatan sehari-hari.
·         Berikan motivasi agar klien mau merawat diri.