Tuesday 17 September 2013

ASKEP ASFIKSIA NEONATORUM

ASFIKSIA NEONATORUM


A.    Definisi
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

B.     Etiologi Dan Faktor Predisposisi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan anestesia/ analgetika yang diberikan keibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll. Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah gangguan his misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta.
Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan pada bayi terdiri dari :
1.      Faktor ibu
a.   Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b.  Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dsb.

2.      Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.

3.                  Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan talipusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll.
4.      Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.

C.    Tanda Dan Gejala
1.                  Hipoksia
2.                  RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
3.                  Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas
4.                  Bradikardia
5.                  tonus otot berkurang
6.                  Warna kulit sianotik/pucat

D.    Patofisiologi
Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang hemoreseptor pusat pernapasan untuk terjadinya usaha pernapasan yang pertama yang kemudian akan berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. Pada penderita asfiksia berat usaha napas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya dalam periode apneu. Pada tingkat ini disamping penurunan frekuensi denyut jantung (bradikardi) ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas  (flasid). Pada asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan upaya bernapas secara spontan. Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas/transport  O2 (menurunnya tekanan O2 darah) mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, tetapi bila gangguan berlanjut maka akan terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh bayi sehingga terjadi asidosis metabolik, selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel-sel otak, dimana kerusakan sel-sel otak ini dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa (squele).  

E.     Klasifikasi
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:
1.      “Vigorous Baby”
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2.      “Mild Moderate asphyksia” /asphyksia sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3.      Asphyksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat.

F.     Pemeriksaan Diagnostik
1.                  Analisa Gas darah
2.                  Elektrolit  darah
3.                  Gula darah
4.                  Baby gram (RO dada)
5.                  USG (kepala)

G.    Manajemen Terapi
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi:
1.  Memastika saluran nafas terbuka :
a.       Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b.      Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakhea
c.       Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2.  Memulai pernapasan :
a.       Lakukan rangsangan taktil
b.      Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3.  Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1.  Tindakan umum
a.   Pengawasan suhu
b.  Pembersihan jalan nafas
c.   Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2.  Tindakan khusus
a.   Asphyksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini  diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.
b.  Asphyksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.

H.    Diagnosis Keperawatan Utama
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mukus.
2.      Thermoregulasi tidak efektif b.d belum adekuatnya sistem pengaturan suhu
3.      Risiko infeksi b.d peningkatan paparan lingkungan.
4.      Pola makan   bayi tidak efektif b.d hipersensitif oral.
5.      Risiko Aspirasi b.d kurang mampu mengisap, menelan, bernafas





I. Diagnosa dan Perencanaan Keperawatan.
Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes
Nursing Interventions
Rational
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mukus.
Repiration status: Ventilation
Indikator:
     Bebas suara nafas abnormal
     Tidak ada sesak nafas
     RR dalam rentang normal
     Irama respirasi teratur
     Tidak ada retraksi dada

Skala penilaian:
1. Extremely compromised.
2. Substantially compromised.
3. Moderately compromised.
4. Mildly compromised.
5. Not compromised.



Airway management (manajemen jalan nafas)
     Buka jalan nafas.
     Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
     Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
     Keluarkan sekret dengan suction
     Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
     Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
     Monitor respirasi dan status O2 tiap 6 jam
Vital sign monitoring (Monitor Vital Sign)
     Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
     Monitor jumlah dan irama jantung
     Monitor bunyi jantung
     Monitor suara paru
     Monitor pola pernapasan abnormal
     Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
     Monitor sianosis perifer
     Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Oxygen therapy
     Menyiapkan peralatan oksigen dan humidifier
     Memberikan  oksigen tambahan sesuai order
     Memonitor flow liter oksigen
     Memonitor posisi canule
     Memonitor tanda keracunan oksigen

Patensi jalan nafas sarat utama untuk memperoleh ventilasi yang adekuat.







Membantu paru-paru untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap oksigen.







Menilai perubahan status, untuk menentukan tindakan dalam meningkatkan / mempertahankan status respirasi.
Thermoregulasi tidak efektif b.d belum adekuatnya sistem pengaturan suhu

Thermoregulation: Neonate
Indikator:
     Temperatur tubuh normal

Skala penilaian:
1. Extremely compromised.
2. Substantially compromised.
3. Moderately compromised.
4. Mildly compromised.
5. Not compromised.


Temperature regulation
     Tempatkan bayi dalam lingkungan suhu hangat.
     Pantau suhu aksila pada bayi yang tidak stabil
     Monitor tanda-tanda hipotermi : fatiq, kelemahan, perubahan warna, kulit,
     Hindari situasi yang dapat menyebabkan bayi kehilangan panas, seperti terpapar udara dingin, jendela atau mandi

Mempertahankan suhu tubuh bayi da

Memantau suhu tubuh bayi




Menghindari kehilangan panas melalui konduksi.
Risiko infeksi b.d peningkatan paparan lingkungan.

Infection status
Indikator:
     Fever
     Neonate: Lethargi
     Neonate: Hypotrermia
     Neonate: respiratory distress
     Neonate: poor feeding

Skala penilaian:
1. Berat
2. Cukup
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak samasekali

Infection Protection

     Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik /lokal.
     Inpeksi kulit dan membran mukosa terhadap redness, extrem warm,atau drainage
     Inspeksi kondisi insisi IV line dan dressing IV line (jika ada)
     Inspeksi dan rawat tali pusat
     Pertahankan prinsip bersih / steril selama perawatan/pengobatan (sesuaikan)
     Batasi jumlah pengunjung
     Pertahankan kebersihan tubuh bayi dan kebersihan lingkungan
     Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
     Gunakan universal precaution.
     Kelola antibiotik yang diresepkan.

Deteksi dini gejala infeksi

Kulit dan membran mukosa sangat rentan terhadap infeksi / kerusakan

Mencegah IV line sebagai pintu masuk kuman
Meningkatkan daya tahan tubuh

Menghindari kontaminasi



Pola makan   bayi tidak efektif b.d hipersensitif oral.

Nutrisional status: Fluid intake
Indikator:
     Asupan cairan peroral
     Asupan TPN
Skala penilaian:
1. Not adequate
2. Slightly adequate
3. Moderately adequate
4. Substantially adequate
5. Totaly adequate
Fluid management:
     Monitor status hidrasi
     Monitor indikasi dehidrasi atau overload cairan.
     Kelola therapi IV / infus
  Berikan cairan sesuai advis
     Tingkatkan asupan oral (ASI langsung / PASI)
  Catat intake dan out put 24 jam.




Nutrisi / cairan dapat dipenuhi melaui parnteral atau melalui oral



Menilai keseimbangan.
Risiko Aspirasi b.d kurang mampu mengisap, menelan, bernafas

Repiration status: Airway patensi
Indikator:
    Tidak gelisah
    Tidak tercekik / tersumbat
     RR dalam rentang normal
     Irama respirasi teratur
    Suara jalan nafas bersih
Skala penilaian:
1. Extremely compromised.
2. Substantially compromised.
3. Moderately compromised.
4. Mildly compromised.
5. Not compromised.
Aspirasi precaution
     Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk, reflek muntah, kemampuan menelan.
     Monitor status pulmonary
     Pelihara jalan nafas
     Chek posisi NGT (jika terpasang)
     Cek residu lambung.
     Hindari feeding jika residu banyak


Tingkat kesadaran, reflek batuk, reflek muntah, kemampuan menelan berpengaruh pada resiko aspirasi


Residu yang banyak menyebabkan bayi muntah yang dapat beresiko aspirasi.

Daftar Pustaka

Cecily L.Betz & Linda A. Sowden, 2001, Buku saku Keperawatan Pediatri, EGC, Jakarta.
Carpenito,LJ, 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, EGC, Jakarta.
Markum,AH, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FK UI, Jakarta, Indonesia
Markum, AH., 1991, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, Jakarta

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2005-2006, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA







 

 

 


No comments:

Post a Comment