Tuesday 17 September 2013

ASKEP BRONKOPENEMONIA



BRONKOPENEMONIA

A.          Pengertian
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (ngastiyah, 1997).  Menurut Lab/UPF ilmu Kesehatan Dr. Soetomo, 1994 pneumonia adalah radang pada parenkim paru.

B.           Etiologi
1.      Bakteri: Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkolosis, Mikoplasma pneumonia.
2.      Virus: V. Adeno, V. parainfluenza, V. influenza, V. respiratori sinsisial.
3.      Jamur; Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
4.      Protozoa: pneumokistis karinii.
5.      Bahan kimia: Aspirasi makanan/susu/isi lambung atau keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dsb.)

C.     Patofisiologi.
Penyakit ini diawali dengan masuknya kuman ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran nafas atas dan mencapai bronkheolus dan kemudian ke alveolus dan sekitarnya.
       Secara makroskopik kelainan yang timbul  berupa bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru dan lebih banyak pada bagian basal. Konsolidasi itu terjadi disekitar Bronkhiolus. Paru-paru sebagian  sekitarnya tampak normal dan sebagian mengalami atelektase dan sebagian lagi  mengalami empiema kompensatoris. Kadang-kadang daerah konsolidasi itu lebar sehingga terjadi suatu penggabungan  dan hal ini dinamakan Bronkhopneumoni Konfuens.
      Secara mikroskopik reaksi radang tampak meliputi dinding bronkhus/ bronkheolus bersebukan sel radang akut, lumen terisi eksudat dan sel epitel rusak. Rongga alveolus sekitarnya tampak penuh dengan neutrofil dan sedikit eksudat fibrinosa. Alveolus yang jauh tampak sembab. Tampak pula daerah atelektasis dan emfisema. Penyembuhan biasanya tidak sempurna. Dinding bronkhus/ brokheolus yang rusak akan mengalami fibrosis dan pelebaran sehingga terjadi bronkhiaktasis. Selain itu organisasi eksudat terjadi karena absorpsi yang lambat.
D.     Gambaran Klinik
Mendadak panas tinggi, nyeri kepala/dada (anak besar), batuk, sesak, takipnea, nafas cuping hidung, sianosis, kaku kuduk, distensi perut.

E.     Penatalaksanaan
Pada penderita ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic.  Pada penderita rawat inap (bronkopneumonia berat) harus segera diberi antibiotic.  Pilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman penyebab.
1.      Umur 3 bulan sampai 5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh streptokokus pneumonia hemofilus influenza atau Stafilokokus.  Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai: kombinasi
-          Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kgBB/24 jam IM, 1-2 kali sehari, dan klorampenicol 50-100 mg/kgBB/24 jam IM/oral, 4 kali sehari, atau
-          Ampisilin 50-100 mg/kgBB/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kgBB/24 jam IM/IV, 4 kali sehari, atau
-          Eritromisin 50 mg/kgBB/24 jam oral, 4 kali sehari dan Klorampenikol 50-100 mg/kgBB/24 jam IM/oral, 4 kali sehari.
2.      Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh: Streptokokus pneumonia, Stafilokokus atau Entero bacteriaceae: kombinasi
-          Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kgBB/24 jam IM, 1-2 kali sehari, dan klorampenicol 50-100 mg/kgBB/24 jam IM/oral, 4 kali sehari, dan gentamisisn 5-7 mg/KgBB/24, 2-3 kali sehari, atau
-          Kloksasilin 50 mg/kgBB/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan gentamisin 5-7 mg/KgBB/24, 2-3 kali sehari.  Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan malnutrisi berat atau penderita immunocompromized.
3.      Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh;
-          Streptokokus pneumonia:
·         Penisilin prokain, atau
·         Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kgBB/24 jam oral, 4 kali sehari, atau
·         Eritromisib (dosis sda), atau
·         Kotrimoksazol 6/30 mg/kgBB/24 jam, oral 2 kali sehari.
-          Mikoplasma pneumonia: eritromisin 9dosis sda)
4.      Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu reevaluasi apakah perlu dipilih antibioti lain.
5.      Lamanya pemberian antibiotik bergantung pada kemajuan klinis penderita dan jenis kuman penyebab.
Indikasi rawat inap;
1.      Ada kesukaran nafas, toksis
2.      Sianosis
3.      Umur kurang dari 6 bulan
4.      Adanya penyulit seperti empiema
5.      Diduga infeksi Stafilokokus
6.      Perawatan di rumah kurang baik
Pengobatan Simptomatis.
1.      Zat asam dan uap.
2.      Ekspektoran
Fisioterapi:
1.      Postural drainase
2.      Fisioterapi dengan menepuk-nepuk.

F.     Asuhan Keperawatan
         Pengkajian Keperawatan
1.      Identitas
2.      Riwayat Keperawatan
a.       Keluhan utama:
Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal, disertai pernafasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.  Kadang-kadang disertai muntah dan diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b.      Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari.  Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40OC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c.       Riwayat penyakit dahulu: Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.

d.      Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernafasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lain.
e.          Immunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernafasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
f.          Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
g.      Nutrisi: riwayat gizi buruk atau meteorismus
3.      Pemeriksaan persistem
a.         Sistem kardiovaskuler: takikardi kardiovaskuler, takikardi, iritability.
b.      Sistem pernafasan: Sesak nafas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernafas, pernafasan cuping hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernafasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/secret.  Orang tua cemas dengan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c.          Sistem pencernaan: Anak malas makan dan minum, muntah, berat badan menurun, lemah.  
d.      Sistem eliminasi: Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi.
e.          Sistem saraf : demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f.          Sistem lmusculoskeletal: tonus otot menurun, lemah secara umum.
g.      Sistem endokrin: tidak ada kelainan
h.      Sistem integument: tidak ada kelainan
i.           Sistem penginderaan: tidak ada kelainan
4.      Pemeriksaan diagnostic dan hasil
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000-40.000/m3 dengan pergeseran ke kiri.  LED meninggi.  Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya.  Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Foto rongsent (chest X ray) dilakukan untuk melihat:
·         Komplikasi seperti empiema, etelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA
·         Luas daerah paru yang terkena dan Evaluasi pengobatan
Pada bronchopneumonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau beberapa lobur.  Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.
Diagnosa Keperawatan
Pathofisiologi patway / web caution:
ISPA, Daya tahan tubuh menurun,
Penyakit menahun & Aspirasi







Resiko infeksi
 

 
Infeksi dan peradangan pada parenkim paru
Bronkhopneumonia
 

Perub membran kapiler                                        Hipertermi                             Hipersekresi mukus
Alveolar


 


Gangguan pertukaran gas                        Dyspnea, malas minum                        Penumpukan mukus
                                                                   Berat badan menurun







Bersihan jalan nafas tidak efektif
 

 




             
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. produk mukus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif
2.      Kerusakan pertukaran gas b.d. perubahan membran alveolar
3.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake inadekuat.
4.      Hipertermi b.d proses inflamasi parenkhim paru
5.      Risiko infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat karena penekanan respon inflamasi paru.

Rencana Keperawatan

Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes
Nursing Interventions
Rational
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. produk mukus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif

Status pernafasan: Patensi jalan nafas, Indikator:
o  Sputum dapat keluar
o  Bebas suara nafas abnormal
o  Tidak ada sesak nafas
o  RR dalam rentang normal
o  Tidak demam
o  Tidak ada kecemasan

Skala penilaian:
1. Extremely compromised.
2. Substantially compromised.
3. Moderately compromised.
4. Mildly compromised.
5. Not compromised.


Airway management (manajemen jalan nafas)
     Buka jalan nafas.
     Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
     Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
     Keluarkan sekret dengan suction, bila perlu.
     Kolaborasi terapi inhalasi dan fisioterapi dada.
     Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
     Monitor status respirasi dan vital sign  tiap 6 jam

Oxygen therapy
     Menyiapkan peralatan oksigen dan humidifier
     Memberikan  oksigen tambahan sesuai order
     Memonitor flow liter oksigen
     Memonitor posisi canule
     Memonitor tanda keracunan oksigen


Patensi jalan nafas sarat utama untuk memperoleh ventilasi yang adekuat.





Mengencerkan dahak dan mengeluargan skresi.
Mukus menyebabkan kehilangan cairan.
Menilai perubahan status, untuk menentukan tindakan dalam meningkatkan / mempertahankan status respirasi.


Membantu paru-paru untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap oksigen.


Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat dan peningkatan metabolisme oleh adanya infeksi paru.
DS: Mengatakan nafsu makan menurun, mual.
DO: Badan tampak kurus. Gambaran ronggen thorax KP duplex aktif.


Status nutrisi: asupan makanan dan cairan, yang dapat dinilai dengan:
o  Asupan makanan peroral
o  Asupan cairan peroral
o  Asupan TPN

Skala penilaian:
1. Not adequate
2. Slightly adequate
3. Moderately adequate
4. Substantially adequate
5. Totaly adequate
Managemen nutrisi:
     Mendorong keluarga untuk meningkatkan asupan nutrisi: makanan tambahan, ASI / PASI.
     Memonitor pencatatan asupan nutrisi
     Mendorong keluarga untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut pasien.
     Mengelola TPN sesuai order.

Kerusakan pertukaran gas b.d. perubahan membran alveolar

Status pernafasan: Pertukaran gas
Indikator:
o  Status mental baik
o  Ringan bernafas
o  Tidak dyspnea saat istirahat
o  Tidak dyspnea saat mengeluarkan tenaga
o  Tidak gelisah
o  Tidak samnolent
o  Hasil AGD dalam rentang normal
Skala:
1. Extremely compromised.
2. Substantially compromised.
3. Moderately compromised.
4. Mildly compromised.
5. Not compromised.

Oxygen therapy
     Menyiapkan peralatan oksigen dan humidifier
     Memberikan  oksigen tambahan sesuai order
     Memonitor flow liter oksigen
     Memonitor posisi canule
     Menjelaskan tentang pentingnya pemberian oksigen tambahan
     Memonitor tanda keracunan oksigen

Respiratori monitoring
     Memonitor: kecepatan, irama, kedalaman dan usaha pernafasan
     Memonitor adanya kelelahan otot diafragma.
     Auskultasi suara nafas.
     Memonitor terhadap peningkatan kegelisahan, dan kecemasan.
     Memonitor terhadap penurunan kesadaran
     Mencatat  perubahan saturasi oksigen, dan nilai AGD.

Vital sign monitoring
     Memonitor tekanan darah, denyut nadi, temperatur dan status pernafasan.
     Memonitor warna, temperatur dan kelembaban kulit.
     Mengidentiikasi kemungkinan penyebab perubahan vital sign
Membantu paru-paru untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap oksigen.










Menilai perubahan status, untuk menentukan tindakan dalam meningkatkan / mempertahankan status respirasi.


Hipertermi b.d proses inflamasi paru

Thermoregulation.
Indikator:
Suhu tubuh 36 – 37 OC

Fever treatment:
         Monitor warna dan temperature kulit.
         Monitor suhu tubuh.
         Monitor intake dan out put.
         Lakukan kompres dingin diaksila.
         Kelola pengobatan antipiretik yang diresepkan.

Hipertermi menyebkan perubahan warna kulit kemerahan dan meningkatkan suhu permukaan.
Meningkatkan kehilangan panas secara konduksi.
Menurunkan panas
Risiko infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat karena penekanan respon inflamasi paru.

Status infeksi
     Demam
     Mailase
     Peningkatan WBC

Pengetahuan kontrol infeksi.
     Mendiskripsikan tanda dan gejala.
     Mendiskripsikan aktivitas untuk meningkatkan kekebalan terhadap infeksi.
     Mendiskripsikan pengobatan infeksi.

Pencegahan infeksi
     Monitor tanda dan gejala infeksi
     Monitor kerentanan terhadap infeksi
     Pelihara teknik isolasi yang sesuai
     Tingkatkan kecukupan asupan nutrisi
     Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan
     Anjurkan istirahat yang cukup
     Monitor perubahan dalam tingkat energi/mailase
     Berikan antibiotik yang diresepkan
     Ajarkan keluarga  tanda dan gejala infeksi.
     Ajarkan  keluarga aktivitas untuk meningkatkan kekebalan terhadap infeksi.
     Ajarkan  keluarga tentang pengobatan infeksi.

Menilai tingkat risiko.

Membatasi paparan lingkungan
Meningkatkan pertahanan tubuh



Infeksi menyebabkan penurunan daya tahan tubuh

Pengetahuan keluarga yang cukup tentang infeksi menunjang proses pengobatan infeksi.




DAFTAR PUSTAKA


IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby

IOWA Outcomes Project, Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 2, 2000, Mosby

Nelson, 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta

Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006, Philadelphia USA

Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta

Carpenito, rencana Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta

No comments:

Post a Comment