DEMAM TIPHOID
DEFINISI
Demam tifoid
adalah suatu penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan gejala gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typhosa, S. Paratypi A, B, dan C. Penularan
terjadi secara fekal oral, melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Sumber infeksi terutama “carrier”. Carrier ini mungkin penderita yang sedang
sakit (carier akut). Carier menahun yang terus mengeluarkan kuman atau carier
pasif yaitu mereka yang mengeluarkan kuman melalui ekskreta tetapi tidak pernah
sakit.
ETIOLOGI
Demam thypoid disebabkan oleh Salmonella
typhii. Sumber S. thypii : manusia ebagai reservoir pertama, hewan babi,
makanan, lingkungan. Sumber penularan S. thypii bisa dari carrier, makanan dan
air yang tercemar Salmonella Thypii.
PATOFISIOLOGI
Kuman salmonella mauk bersama
makanan/minuman. Setelah berada dalam usus halus kemudian mengadakan invasi ke
jaringan limfoid usus halus dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah
menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke
darah menuju organ Retikuloendoteliat system terutama hati dan limfa. Ditempat
ini kuman difagosit oleh sel sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit
akan berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk
ke darah kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan sebagian kuman masuk ke organ
tubuh terutama limpa, kandung empedu yangs elanjutnya kuman tersebut kembali
dikeluarkan dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus.
GAMBARAN KLINIK
Masa inkubasi
rata rata 2 minggu. Gejala timbul tiba tiba atau berangsur angsur. Penderita
cepat lelah, malaise, anoreksia, sakit kepala, rasa tak enak di perut dan nyeri
seluruh tubuh.
Demam umumnya berangsur angsur naik selama
minggu pertama, demam terutama pada sore hari dan malam hari (bersifat febris reminent). Pada minggu kedua
dan ketiga demam terus menerus tinggi (febris kontinua). Kemudian turun secara
lisis. Demam ini tidan hilang dengan pemberian antipiretik, tidak ada menggigil
dan tidak berkeringat. Kadang kadang disertai epiktasis.
Gangguan gastrointestinal : bibir kering dan
pecah pecah, lidah kotor, berselaput putih dan pinggirnya hiperemis. Perut agak
kembung dan mungkin nyeri tekan. Limpa membesar dan lunak dan nyeri pada
penekanan. Pada permulaan penyakit umumnya terjadi diare, kemudian menjadi
obstipasi.
@ Masa tunas : 10-14 hari
@ Minggu ! : demam (suhu berkisar 39-40),
nyeri kepala, pusing, nteri otot, anoreksia, mual muntah, konstipasi, diare,
perasaan tidak enak di perut, batuk dan epiktasis.
@ minggu 2 : demam, bradikardi, lidah khas
berwarna putih, hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran
PEMERIKSAAN DAN GAMBARAN LABORATORIK
1.
leukosit
Akan terjadi peningkatan jumlah leukosit
dalam tubuh (leukositosis)
2.
SGOT
dan SGPT
aKan mengalami peningkatan
3.
Biakan
darah
(+) memastikan demam thypoid, orang yang
hasil + makan orang tersebut sudah terjangkit demam thypoid
(-) tidak menyingkirkan demam thypoid artinya
jika hasil negatif maka velum tentu orang tersebut tidak mengalami demam
thypoid
4.
Uji
widal
-
reaksi
aglutinasi antara antigen dan antibody
-
Aglutinin
positif terhadap S. Thypii terdapat dalam serum penderita thypoid dan carrier.
-
Reaksi
widal (+) : titer < 1/160 atau 1/200. biasanya baru positif pada minggu
kedua.
KOMPLIKASI
Pada usus dapat menimbulkan perdarahan,
perforasi dan peritonitis. Diluar usus dapat menimbulkan meningitis tifosa,
osteomilitis, kolesistis. Mungkin pula terjadi infeksi sekunder pada paru
parusebagi bronkopneumonia.
a. Komplikasi intestinal
-
Perdarahan usus
Hal ini
disebabkan karena kuman masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan terjadinya
hipertrofi usus sehingga terjadi perdarahan.
Diagnosis
dapat ditegakkan dengan : Penurunan tekanan darah dan suhu tubuh, denyut nadi
bertambah, kulit pucat, penderita mengeluh nyeri perut.
-
Perforasi usus
-
Ileus paralitik
-
Peritonitis
Tanda tanda :
penderita nampak kesakitan didaerah perut yang mendadak, kembung, tensi
menurun, suara bising usus melemah, pekak hati berkurang. Pada pemeriksaan
darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.
b. Komplikasi ekstraintestinal
-
Kardiovaskuler (miokarditis)
Tanda klinis
: Irama mendua, takikardi, bunyi jantung melemah, pembesaran jantung
-
Hematology (anemia)
-
Hepar dan kandung empedu
(hepatomegali)
-
Ginjal (gagal ginjal)
-
Tulang (kelemahan)
-
Neuropsikiatrik (hilang kesadaran)
PENATALAKSANAAN
1.
Perawatan
Perlu isolasi, observasi, dan
pengobatan di rumah sakit. Tirah baring mutlak minimal 7 hari bebas demam atau
14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus, mobilisasi bertahap,
perubahan posisi, perhatikan defekasi dan pola berkemih. Istirahat total untuk
mencegah komplikasi komplikasi parah. Mobilisasi dilakukan secara bertahap
yaitu: duduk waktu makan pada hari ke2 bebs panas, berdiri pada hari ke7 bebas
panas, berjalanpada hari ke10 bebas panas,
2.
Diet
Makanan padat dengan nasi dan lauk
pauk rendah selulosa. Diet harus cukup kalori dan tinggi protein.
3.
Medikasi
Madikasi yang diberikan
adalah pemberian antibiotik diantaranya adalah :
-
Kloramfenikol
-
Tiamfenikol
-
Kotrimoksasol
-
Ampisillin
-
Fluorokinolon
-
Sefalosforin
generasi ketiga
Medikamentosa
Kloramfenikol : hari pertama diberikan
kloramfenikol 4x1 kapsul @250 mg. Hari berikutnya 4x2 kapsul sampai 3 hari
turun panas, kemudian dilanjutkan dengan 4x1 kapsul selama 1 minggu.
Untuk menghindari komplikasi pamakaian
kloramfenikol, maka dapat diberikan ampisillin. Dosis yang dianjurkan 60-150
mg/kgBB. Pada penderita toksisdapat diberikan sebesar 4 gram/hr, sedang pada
penderita lainnya 2 gram/hr.
Vitamin B komplek dan C sangat diperlukan
untuk menjga kesegaran dan kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan
pembuluh darah kapiler. Bila terjadi hiperpireksi dapat diberikan antipiretik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BIASA MUNCUL
- Kekurangan volume cairan b/d kehilangan sekunder akibat demam
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakadekuatan absorbsi
- Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
- Risiko infeksi b/d adanya tindakan invasive
- Hypertermia b/d peningkatan metabolisme tubuh, proses inflamasi dan peradangan
- Gangguan pola tidur b/d peningkatan suhu tubuh
- cemas b/d kurang pengetahuan tentang perawatan demam
DAFTAR PUSTAKA
Junadi P, Soemasto A.S, amels H. 1998.
“kapita selekta kedokteran” Edisi kedua. Media ausculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
No comments:
Post a Comment