Tuesday 17 September 2013

ASKEP DEMAM TIPHOID



DEMAM TIPHOID
DEFINISI
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan gejala gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, S. Paratypi A, B, dan C. Penularan terjadi secara fekal oral, melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sumber infeksi terutama “carrier”. Carrier ini mungkin penderita yang sedang sakit (carier akut). Carier menahun yang terus mengeluarkan kuman atau carier pasif yaitu mereka yang mengeluarkan kuman melalui ekskreta tetapi tidak pernah sakit.

ETIOLOGI

Demam thypoid disebabkan oleh Salmonella typhii. Sumber S. thypii : manusia ebagai reservoir pertama, hewan babi, makanan, lingkungan. Sumber penularan S. thypii bisa dari carrier, makanan dan air yang tercemar Salmonella Thypii.

PATOFISIOLOGI         

Kuman salmonella mauk bersama makanan/minuman. Setelah berada dalam usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah menuju organ Retikuloendoteliat system terutama hati dan limfa. Ditempat ini kuman difagosit oleh sel sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk ke darah kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yangs elanjutnya kuman tersebut kembali dikeluarkan dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus.

GAMBARAN KLINIK
Masa inkubasi rata rata 2 minggu. Gejala timbul tiba tiba atau berangsur angsur. Penderita cepat lelah, malaise, anoreksia, sakit kepala, rasa tak enak di perut dan nyeri seluruh tubuh.
Demam umumnya berangsur angsur naik selama minggu pertama, demam terutama pada sore hari dan malam hari  (bersifat febris reminent). Pada minggu kedua dan ketiga demam terus menerus tinggi (febris kontinua). Kemudian turun secara lisis. Demam ini tidan hilang dengan pemberian antipiretik, tidak ada menggigil dan tidak berkeringat. Kadang kadang disertai epiktasis.
Gangguan gastrointestinal : bibir kering dan pecah pecah, lidah kotor, berselaput putih dan pinggirnya hiperemis. Perut agak kembung dan mungkin nyeri tekan. Limpa membesar dan lunak dan nyeri pada penekanan. Pada permulaan penyakit umumnya terjadi diare, kemudian menjadi obstipasi.
@ Masa tunas : 10-14 hari
@ Minggu ! : demam (suhu berkisar 39-40), nyeri kepala, pusing, nteri otot, anoreksia, mual muntah, konstipasi, diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epiktasis.
@ minggu 2 : demam, bradikardi, lidah khas berwarna putih, hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran

PEMERIKSAAN DAN GAMBARAN LABORATORIK

1.    leukosit
Akan terjadi peningkatan jumlah leukosit dalam tubuh (leukositosis)
2.    SGOT dan SGPT
aKan mengalami peningkatan
3.    Biakan darah
(+) memastikan demam thypoid, orang yang hasil + makan orang tersebut sudah terjangkit demam thypoid
(-) tidak menyingkirkan demam thypoid artinya jika hasil negatif maka velum tentu orang tersebut tidak mengalami demam thypoid
4.    Uji widal
-    reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody
-    Aglutinin positif terhadap S. Thypii terdapat dalam serum penderita thypoid dan carrier.
-    Reaksi widal (+) : titer < 1/160 atau 1/200. biasanya baru positif pada minggu kedua.

KOMPLIKASI
Pada usus dapat menimbulkan perdarahan, perforasi dan peritonitis. Diluar usus dapat menimbulkan meningitis tifosa, osteomilitis, kolesistis. Mungkin pula terjadi infeksi sekunder pada paru parusebagi bronkopneumonia.
a.    Komplikasi intestinal
-          Perdarahan usus
Hal ini disebabkan karena kuman masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan terjadinya hipertrofi usus sehingga terjadi perdarahan.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan : Penurunan tekanan darah dan suhu tubuh, denyut nadi bertambah, kulit pucat, penderita mengeluh nyeri perut.
-          Perforasi usus
-          Ileus paralitik
-          Peritonitis
Tanda tanda : penderita nampak kesakitan didaerah perut yang mendadak, kembung, tensi menurun, suara bising usus melemah, pekak hati berkurang. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.
b.    Komplikasi ekstraintestinal
-          Kardiovaskuler (miokarditis)
Tanda klinis : Irama mendua, takikardi, bunyi jantung melemah, pembesaran jantung
-          Hematology (anemia)
-          Hepar dan kandung empedu (hepatomegali)
-          Ginjal (gagal ginjal)
-          Tulang (kelemahan)
-          Neuropsikiatrik (hilang kesadaran)

PENATALAKSANAAN
1.    Perawatan
Perlu isolasi, observasi, dan pengobatan di rumah sakit. Tirah baring mutlak minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus, mobilisasi bertahap, perubahan posisi, perhatikan defekasi dan pola berkemih. Istirahat total untuk mencegah komplikasi komplikasi parah. Mobilisasi dilakukan secara bertahap yaitu: duduk waktu makan pada hari ke2 bebs panas, berdiri pada hari ke7 bebas panas, berjalanpada hari ke10 bebas panas,
2.    Diet
Makanan padat dengan nasi dan lauk pauk rendah selulosa. Diet harus cukup kalori dan tinggi protein.
3.    Medikasi
Madikasi yang diberikan adalah pemberian antibiotik diantaranya adalah :
-          Kloramfenikol
-          Tiamfenikol
-          Kotrimoksasol
-          Ampisillin
-          Fluorokinolon
-          Sefalosforin generasi ketiga
Medikamentosa
Kloramfenikol : hari pertama diberikan kloramfenikol 4x1 kapsul @250 mg. Hari berikutnya 4x2 kapsul sampai 3 hari turun panas, kemudian dilanjutkan dengan 4x1 kapsul selama 1 minggu.
Untuk menghindari komplikasi pamakaian kloramfenikol, maka dapat diberikan ampisillin. Dosis yang dianjurkan 60-150 mg/kgBB. Pada penderita toksisdapat diberikan sebesar 4 gram/hr, sedang pada penderita lainnya 2 gram/hr.
Vitamin B komplek dan C sangat diperlukan untuk menjga kesegaran dan kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah kapiler. Bila terjadi hiperpireksi dapat diberikan antipiretik.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BIASA MUNCUL
  1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan sekunder akibat demam
  2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakadekuatan absorbsi
  3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
  4. Risiko infeksi b/d adanya tindakan invasive
  5. Hypertermia b/d peningkatan metabolisme tubuh, proses inflamasi dan peradangan
  6. Gangguan pola tidur b/d peningkatan suhu tubuh
  7. cemas b/d kurang pengetahuan tentang perawatan demam



DAFTAR PUSTAKA
Junadi P, Soemasto A.S, amels H. 1998. “kapita selekta kedokteran” Edisi kedua. Media ausculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

No comments:

Post a Comment