Monday 30 September 2013

ASKEP HIDRONEFROSIS



HIDRONEFROSIS


A.    Definisi
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal.

B.     Etiologi
Hidronefrosis disebabkan adanya obstruksi.

C.    Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau  kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu.
D.    Tanda dan Gejala
1.      Rasa sakit dipanggul dan punggung
2.      Disuria
3.      Menggigil
4.      Demam
5.      Nyeri tekan
6.      Piuria
7.      Hematuria

E.     Penatalaksanaan
Tujuan : Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
Untuk mengurangi obstruksi urin harus dialihkan dengan tindakan nefrostomi atau tipe diversi lainnya.
Infeksi ditangani dengan agen antimikrobial karena sisa urin dalam kaliks menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan untuk mengankat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu ginjal rusak parah dan fungsinya hancur, nefrektomi dapat dilakukan.











NEFROSTOMI


A.    Drainase Nefrostomi
Selang nefrostomi dimasukkan langsung ke dalam ginjal untuk pengalihan aliran urin temporer atau permanen secara percutan atau melalui luka insisi. Sebuah selang tunggal atau selang nefrostomi sirkuler atau U-loop yang dapat tertahan sendiri dapat digunakan. Drainase nefrostomi diperlukan utuk drainase cairan dari ginjal sesudah pembedahan, memelihara atau memulihkan drainase dan memintas obstruksi dalam ureter atau traktus urinarius inferior. Selang nefrostomi dihubungkan ke sebuah system drainase tertutup atau alat uostomi.
B.     Nefrostomi Perkutaneus
Pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari ureter yang tersumbat, membuat suatu jalur pemasangan stent ureter, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur, menutup fistula, memberikan obat, memungkinkan penyisipan alat biopsy bentuk sikat dan nefroskop atau untuk melakukan tindakan bedah tertentu.
Daerah kulit yang akan dinsisi dipersiapkan serta dianestesi, dan pasien diminta untuk menarik nafas serta menahannya pada saat sebuah jarum spinal ditusukkan ke dalam pelvis ginjal. Urin diaspirasi untuk pemeriksaan kultur dan media kontras dapat disuntikkan ke dalam system pielokaliks.Seutas kawat pemandu kateter angografi disisipkan lewat jarum tersebut ke dalam ginjal. Jarum dicabut dan saluran dilebarkan dengan melewatkan selang atau kawat pemandu. Selang nefrostomi dimasukkan dan diatur posisinya dalam ginjal atau ureter, difiksasi dengan jahitan kulit serta dihubungkan dengan system drainase tertutup.





VESICOLITHIASIS



B.     Definisi

Vesicolithiasis adalah adanya batu yang terjadi di bagian bawah traktus urinarius biasanya disebabkan oleh diet protein non hewani. Sedangkan yang bagian atas disebabkan oleh diet protein hewani. Batu dapat berasal dari vesica urinaria  à batu primer; atau berasal dari ginjal à batu sekunder.

C.    Etiologi
1.      Obstruksi kelenjar prostat yang membesar
2.      Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra)
3.      Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada neuron yang menginervasi bladder)
4.      Benda asing à misalnya kateter
5.      Divertikula à urin dapat tertampung pada suatu kantung didinding vesika urinaria
6.      Shistomiasis, terutama oleh Shistoma haemotobium à lesi mengarah keganasan
Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menimbulkan retensi urin, infeksi, maupun radang. Statis, lithiasis, dan sistitis adalah peristiwa yang saling mempengaruhi. Statis menyebabkan bakteri berkembang à sistitis; urin semakin basa à memberi suasana yang tepat untuk terbentuknya batu MgNH4PO4 (batu infeksi/struvit). Batu yang terbentuk bisa tunggal ataupun banyak.

D.    Tanda dan gejala
1.      Dapat tanpa keluhan
2.      Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing)
3.      Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian dijalarkan ke ujung penis (pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita).
4.      Terdapat hematuri pada akhir kencing
5.      Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing walaupun VU belum penuh).
6.      Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna.
7.      Bila batu mneyumbat muara ureter à hidrouereter à hidronefrosis à gagal ginjal

E.     Pemeriksaan Diagnostik
1.      Laboratorium
a.       Darah :  ureum/kreatinin, elektrolit, Ca, Phospat anorganik. Alkali Phospate, Asam urat, Protein, Hb
b.      Urin     :  rutin (Midstream urin)
2.      Radiologis
a.       Foto polos  :     BNO à tampak opak (90%), lebih baik dilanjutkan dengan IVP untuk mengetahui ada atau tidak kerusakan pada ginjal
b.      IVP            :     Dapat untuk melihat batu di lain tempat, anatomi saluran kencing bagian atas
c.       PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih
d.      USG          :     Gambaran acustic shadow
3.      Sistokopi          :     Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing.
4.      Fisik                  :    Kurang berarti, kecuali jika batu cukup besar

F.     Penatalaksanaan
Tujuan Therapi : membuang batu
1.      Secara tertutup
Litotripsi (menghancurkan batu). Tenaga litotripsi bisa berasal dari manusia-mekanik, LASER, atau elektrohidrolik.
2.      Secara terbuka
Dengan membuka v.u secara SECTIO ALTA

G.    Komplikasi
Komplikasi akibat tindakan litotripsi, adalah:
1.      Ruptur v.u
2.      Ruptur uretra
3.      Prostatitis
4.      Pyelonefritis
5.      Septikemia
6.      Hematuria

H.    Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
1.      PK : Perdarahan
2.      Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
3.      Risiko infeksi berhubungan dengan  prosedur invasive, kerusakan jaringan
4.      Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik





ASKEP INTRACEREBRAL HEMATOMA



INTRACEREBRAL HEMATOMA


A.  Pengertian

Cerebrovaskular Accident (CVA) adalah suatu gangguan fungsi saraf oleh sebab adanya gangguan peredaran darah otak, dapat terjadi secara mendadak (dalam hitungan detik) atau secara cepat (beberapa jam) dengan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah letak lesi yang terganggu.


B.  Etiologi

Berdasarkan penyebabnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.      CVD non hemoraghis
a.       Iskemia Otak
Gangguan aliran darah otak yang membahayakan fungsi neuron tanpa perubahan yang menetap pada jam iskemia, terjadi kenaikan air dan Natrium, setelah 12 – 48 jam terjadi kenaikan progresif dan memperberat oedema otak, sehingga terjadi kenaikan Tekanan Intra Kranial yang dikenal dengan Transient Ischemic Attack (TIA). 
b.      Thrombus Otak
Thrombus Otak mengakibatkan penyumbatan aliran darah regional, tekanan perfusi daerah yang terkena lebih tinggi, ada kecenderungan pada arteriosclerosis aritmia dan heart block, perkembangannya menjadi hemiparalisis total dikenal dengan Stroke In Evolution (SIE).
c.       Embolus Otak
#    Embolus kecil di kapiler menyebabkan iskhemia serebri regional yang reversible.
#    Tetapi embolus menyumbat arteria secara besar dan luas, berkembang menjadi infark serebri.
#    Sumber embolus dapat terjadi di arteria karotis atau vertebralis jantung dan system vaskuler sistemik lain.
d.      Infark Otak
Iskemia Serebri regional, trombosis serebri, maka darah dari otak kembali ke jantung tersumbat, bila adanya trombosis vena serebral, perkembangan selanjutnya menjadi infark iskemia dan hemorraghis.
2.      CVD hemoraghis
a.       Iskemia Otak
Infark serebral regional disebabkan pecahnya arteri serebral terjadi perdarahan, sehingga menimbulkan defisit neurologik, keadaan haematomia, cepat menimbulkan kompresi isi tengkorak dan bagian terdepan batang otak, gambaran ini disebut juga Hemoragia intraserebral atau hemorraghia stroke arteri yang pecah adalah arteria lenticulostriata.
b.      Pendarahan Sub arakhnoid
Manifestasi pada perdarahan ini gejalanya merupakan gabungan dari sindroma “kompresi serebral akut sebab perdarahan yang cepat mendesak otak dan batang otak sehingga timbul koma”.

C.  Tanda dan Gejala
Gejala awal pada perdarahan intra serebral,menurut Harsono (1996), yaitu:
1.      Naiknya tekanan darah, sefalgia, sinkop sampai hilangnya daya ingat.
2.      Fenomena sensorik dan motorik sejenak, perdarahan retina dan epistaksis.
3.      Pada perdarahan lambat 24 – 48 jam akan menimbulkan gangguan neurologik pada klien hipertensi  berat mengeluh nyeri kepala dan muntah.
4.      Anggota gerak menjauhi dari lesi serebral dan kelumpuhan
a.       Pada perdarahan lobar dibagi empat, yaitu:
1)      Perdarahan oksipital : defisit medan penglihatan.
2)      Perdarahan temporal kiri : Disfasia, nyeri telinga dan hemianopia
3)      Perdarahan Frontal : hemiparesis kontralateral dan sefalgia
4)      Perdarahan Prietal : Nyeri defisit sensorik dan hemiparesis ringan.
b.      Perdarahan thalamus: terjadi afasia, hemiparesis dan hemiplegia
c.       Sub thalamus : pupil hidrochepallus obstruktif
d.      Ventrikel : terjadi hidrochepalus obstruktif.
e.       Perdarahan Putamen : hemiplegia, sefalgia, muntah, sampai penurunan kesadaran.
f.       Perdarahan Mesenchephalon: peningkatan tekanan intrakranial mendadak, menyebabkan koma.
g.      Perdarahan Pons : koma dalam keadaan tanpa peringatan nyeri kepala dan kematian.
Prognosis buruk (5P) yaitu:
1)      Paralisis
2)      Pulsus Parsus
3)      Pinpoint pupil
4)      Pyreksia
5)      Periode respiration
h.      Perdarahan medulla oblongata
Ini jarang terjadi, bila haematoma sub epidermal dan bila lesi massa akan pulih kembali.
i.        Perdarahan serebellum
·         Gangguan okulomotor, gangguan keseimbangan
·         Nistagmus / singulus
·         Tidak dijumpai hemiparesis dan hemiplegia
Peringkat klinik klien berupa gejala berikut:
·         Tingkat I : asimptomatik
·         Tingkat II : nyeri kepala hebat, defisit neurologik, paralysis nervus kranialis.
·         Tingkat III : somnolent dan defisit ringan
·         Tingkat IV : stupor, hemiparesis, hemiplegia, rigiditas awal dan gangguan vegetatif.
·         Tingkat V : koma, rigiditas desebrasi dan  meninggal dunia.

D.  Patofisiologi
Hipertensi
(Arteriosklerosis)



 
Pecahnya pembuluh darah
(Total)



 
Terjadi perembesan darah ke Parenchym

skemia jaringan otak

Oedema Otak

Peningkatan tekanan intrakranial

Penurunan Kesadaran
Tekanan meningkat, Nyeri kepala
Muntah, Tachicardia,      Dilatasi pupil
Diplopia, Penglihatan kabur, Visus menurun
Gangguan sensori dan motorik

E.   Pemeriksaan Diagnostik
1.      Angiografi
2.      Ct scanning
3.      Lumbal pungsi
4.      MRI
5.      Thorax photo
6.      Laboratorium
7.      EKG

F.   Penatalaksanaan Medik
1.      Terapi konservatif dan operatif
2.      Pengendalian tekanan intrakranial
3.      Pengobatan hipertensi untuk memelihara tekanan perfusi serebral antara 60 sampai 70 mmHg, anticonvulsant.
4.      Pengendalian peningkatan TIK dilakukan Hiperventilasi, Diuretika dan kortikosteroid tetapi dapat memberi kerugian, misalnya mudah terkena infeksi hiperglikemia, perdarahan lambung (stress ulcer).
Perdarahan sub arakhnoids:
  1. Pemberian oksigenasi, ventilasi, keseimbangan elektrolit
  2. Nyeri dengan obat kortikosteroid, antikonvulsan profilaksis perlu dipertimbangkan.
  3. Obat anti hipertensi jangka pendek Short acting bila terjadi hidrocepalus Obstruktif perlu pemasangan Pirau Ventriculo-peritoneal (VP Shunt).
  4. Kombinasi antagonis Kalsium (Nifedipin Diltiazem, Verapamil) harus dihindari.
  5. Tindakan operasi intrakranial merupakan terapi pilihan, tetapi operasi segera sesudah perdarahan berbahaya karena “retraksi otak” (Non compliant Brain), dapat menimbulkan iskemik otak.

G.  Komplikasi
Pre operasi meliputi :
1.      Defisit iskemik 27 %
2.      Hidrocepalus 12 % oedema otak 12 %
3.      Perdarahan ulang 11 %
4.      Hematomaintrakranial 8 %
5.      Kejang 5 %
6.      Perdarahan gastrointestinal 4 %
7.      Oedema paru-paru 1%
Diagnosa Keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan stroke:
1.      Tidak efektifnya perfusi cerebral berhubungan dengan infark cerebri.
2.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder terhadap stroke.
3.      Gangguan menelan berhubungan dengan paresis otot-otot pengunyah dan tenggorokan.
4.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek kerusakan pada hemisfer bahasa/wicara.
5.      Inefektif panatalaksanaan regimen terapetik berhubungan dengan ketidaktahuan pemberi perawatan di rumah terhadap penyakit dan perawatan stroke.