Monday 30 September 2013

ASKEP SINUSITUS



RADANG SINUS

Sinusitus Infeksiosa
Pengertian
Adalah peradangan pada sinus aksesoris hidung/sinus paranasal.

Etiologi
1.    virus
Sinusitus virus terjadi biasanya terjadi selama infeksi saluranm napas atas. Virus yang lazim menyerang hidung dan nasopharing juga menyerang sinus. Mukosa sinus paranasalis berjalan kontinu dengan mukosa hidung dan penyakit virus yang menyerang hidung perlu dicurigai dapat meluas ke sinus.
2.    Bakteri
Edema dan hilangnya fungsi silia normal pada infeksi virus menciptakan suatu lingkungan yang ideal untuk perkembangan infeksi bakteri. Organisme penyebab sinusitis mungkin sama dengan penyebab otitis media. Yang paling sering ditemukan dalam frekuensi yang makin menurun adalah: S. Pneumoniae, H. Influenzae, bakteri anaerob, branhamella catarrhalis, streptokok alfa, Satpylococcus aureus, dan S. Pyogenes.
3.    Jamur
Sinusitus Akut
Sinusitis maksilaris
Sinusitus maksilaris akut biasanya mengikuti infeksi saluran napas atas yang ringan. Alergi hidung kronik, benda asing dan deviasi septum nasi merupakan factor-faktor predisposisi local yang paling sering ditemukan.
Gejala
Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam malaise, dan nyeri kepala yang tidak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Transluminasi berkurang bila sinus penuh cairan.

Pemeriksaan Penunjang
1.    Radiology
Radiogram sinus harus dibuat dengan posisi tegak dan telentang. Gambaran radiology mula-mula berupa peneblan mukosa, selanjutnya diikuti opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat atu akibat cairan yang memenuhi sinus, akhirnya akan terbentu air fluid level yang khas akibat akumulasi pus.
2.    USG
3.    Hitung darah lengkap
4.    Biakan Hidung
Terapi
1.    Farmakologik
a.    Antibiotik spectrum luas
Missal:  amoksisilin, ampisilin, eritromisin plus sulfonimid
Alternative lain: amoksisilin/klavulanat, sefalosklor, sefuroksim, dan trimetropin plus selfonamid.
b.    Dekongestan: pseudoefedrin
c.     Tetes hidung poten: fenilefrin/oksimetazolin dapat digunakan selama beberapa hari pertama kemudian harus dihentikan.
d.    Analgetik: aspirin atau asetaminofen
2.    kompres hangat pada wajah untuk meringankan gejala
3.    Pengangkatan benda asing
4.    koreksi bedah septum nasi yang berdeviasi

Sinusitus Ethmoidalis
Biasa terjadi pada anak-anak, seringkali bermanifestasi sebagai selulitis orbita. Pada orang dewasa seringkali bersama-sama dengan sinusitis maksilaris, serta dianggap sebagai penyerta sinusitis frontalis yang tidak dapat dielakkan.
Gejala
Gejala berupa nyeri dan nyeri tekan diantara kedua mata dan diatas jembatan hidung, drainase dan sumbatn hidung.
Terapi:
1.    Farmakologik
a.    Antibiotik sistemik
b.    Dekongestan hidung
c.    Obat semprot atau tetes vasokonstriktor topical.
  1. etmoidektomi: jika terjadi ancaman terjadinya komplikasi atau perbaikan yang tidak memadai

Sinusitus Frontalis
Selain ditemukan gejala infeksi yang khas juga terdapat nyeri kepala yang khas. Nyeri berlokasi di atas alis mata, biasa pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan m,ereda himgga menjelang malam. Pasien biasanya mengatakan dahi tersa nyeri bila disentuh, dan mungkin terdapat pembengkakan superorbita. Tanda patognomonik adalah nyeri yang hebat pada palpasi atau perkusi di atas daerah sinus yang terinfeksi. Transluminasi dapat terganggu. Radiogram memperlihatkan adanya penebalan periosteum atau kekeruhan sinus yang menyeluruh, atau suatu air fluid level.
Terapi
  1. Farmakologik: antibiotic, dekongestan, tetes hidung vasokonstriktor
  2. Drainase denag teknik trepanasi bila terjadi kegagalan penyembuhan segera atau timbul komplikasi.

Sinusitis Sfenoidalis
Sangat jarang terjadi. Ciri: nyeri kepala mengarah pada verteks kranium. Gejala menjadi satu dengan gejal infeksi sinus lain.

Sinusitis kronik
Adalah sinusitis yang berlangsung selama beberapa bulan atau tahun. Gambaran patologi sinusitis kronik adalah kompleks dan irreversible. Mukosa umumnya menebal, membentuk lipatan-lipatan atau pseudotolip. Epitel permukaan tampak mengalami deskuamasi, regenerasi, metaplasia, ayau epitel biasa dalam jumlah yang bervariasi pada suatu irisan histology yang sama. Pembentukan mikroabses dan jaringan granulasi bersama-sama dengan pembentukan jaringan parut. Secara menyeluruh, terjadi infiltrate sel bundar dan polimorfonuklear dalam lapisan submukosa.

Etiologi:
Sinusitis akut yang berulang dengan penyembuhan yang tidak lengkap.
Patofisiologi
Perubahan struktur ostium sinus, lesi                                       poliposis nasal
dlm rongga hidung, septum nasi                                              (rhinitis alergika)
 

Kegagalan drainase dan ventilase sinus
Kegagalan mengobati sinusitis akut berulang
regenerasi epitel permukaan bersilia yang tidak lengkap
Kegagalan mengeluarkan secret hidung
Predisposisi infeksi

polusi
zat kimia


Gejala
Selama aksaserbasi akut mirip dengan gejala sinusitis akut, namun diluar masa itu gejala yang timbul berupa:
1. Perasaan penuh pada wajah dan hidung
2. hipersekresi yang seringkali purulen
3. Kadang nyeri kepala
4. Hidung sedikit tersumbat
5. Terdapat gejal-gejala factor predisposisi: rhinitis alergika yang menetap
6. batuk kronik dengan laryngitis atau faringitis
Terapi
1. Terapi infeksi dan factor penyebab infeksi secara berbarengan
2. Intervensi bedah

Komplikasi sinusitis
1. Komplikasi orbita
2.mukokel: Kista yang mengandung mucus yang timbul dalam sinus
3.Komplikasi intracranial: meningitis akut, abses dura, abses otak
4.osteomilitis dan abses subperiosteal
5. penyakit sinus lain

Sinusitis non infeksiosa
Barosinusitis
Disebabkan gangguan ostium sehingga ostium tidak mamppu menjaga keseimbangan tekanan dalam sinus. Pengobatan antara lain dengan: dekongestan sistemik dan topical, antibiotic, menghindar perubahan tekanan hingga pulihnya fungsi ostium sinus.
Sinusitis Alergika
Polip dalam hidung biasanya berasal dari sinus dan dapat memenuhi sinus tersebut. Perubahan polipoid mengubah mekanisme homeostatic normal dalam sinus dan merupakan predisposisi sinusitis akut dan kronik.
Terapi polipoid:
1. farmakologik
     a. Steroid (topical dan sistemik)
     b. Dekongestan
     c. Antihistamin
2. Reseksi: jika menyumbat jalan napas atau ostia sinus
3. Pembedahan  sinus tambahan dengan teknik fenestra naso antrum atau sinus frontalis jika polipoid meluas dan berulang. Jika polipoid menyerang konka dilakukan turbinektomi parsial, bedah beku atau diatermi untuk mengecilkan konka.


No
Diagnosa
Tujuan/Kh
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri akut b.d agen injury
Klien dapat mengontrol nyeri
KH:
-Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang
-Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri
-Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
-Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri
1. Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)

1.     Pantau tanda-tanda vital.
2.     Berikan tindakan kenyamanan.
Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.


4. Berikan analgetik sesuai indikasi
Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.


Memberikan dukungan menurunkan ketegangan otot, meningkatkan relaksasi, menfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa control diri dan kemampuan kopimg.
Titik managemen intervensi
2.
Resiko infeksi b.d prosedur invasif
Pasien tidak mengalami infeksi
KH:
Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
-Klien mampu menjelaskan tanda&gejala infeksi
1.     Mengobservasi&melaporkan tanda&gejal infeksi, spt kemerahan, hangat, rabas dan peningkatan suhu badan
2.     mengkaji suhu klien netropeni setiap 4 jam, melaporkan jika temperature lebih dari 380C





3.     Menggunakan thermometer elektronik atau merkuri untuk mengkaji suhu


4.     Catat7laporkan nilai laboratorium




5.     kaji warna kulit, kelembaban kulit, tekstur dan turgor lakukan dokumentasi yang tepat pada setiap perubahan

6.     Dukung untuk konsumsi diet seimbang, penekanan pada protein untuk pembentukan system imun
Onset infeksi dengan system imun diaktivasi&tanda infeksi muncul

Klien dengan netropeni tidak memproduksi cukup respon inflamasi karena itu panas biasanya tanda&sering merupakan satu-satunya tanda
Nilai suhu memiliki konsekuensi yang penting terhadap pengobatan yang tepat
Nilai lab berkorelasi dgn riwayat klien&pemeriksaan fisik utk memberikan pandangan menyeluruh
Dapat mencegah kerusakan kulit, kulit yang utuh merupakan pertahanan pertama terhadap mikroorganisme
Fungsi imun dipengaruhi oleh intake protein
3.
Kurang pengetahuan b.d kurang mengakses informasi kesehatan
Pengetahuan klien meningkat
KH:
-Klien & keluarga memahami tentang penyakit Stroke, perawatan dan pengobatan
1. Mengkaji kesiapan&kemampuan klien untuk belajar



2. Mengkaji pengetahuan&ketrampilan klien sebelumnya tentang penyakit&pengaruhnya terhadap keinginan belajar

3. Berikan materi yang paling penting pada klien




4. Mengidentifikasi sumber dukungan utama&perhatikan kemampuan klien untuk belajar & mendukung perubahan perilaku yang diperlukan
5. Mengkaji keinginan keluarga untuk mendukung perubahan perilaku klien
6. Evaluasi hasi pembelajarn klie lewat demonstrasi&menyebautkan kembali materi yang diajarkan
Proses belajar tergantung pada situasi tertentu, interaksi social, nilai budaya dan lingkungan
Informasi baru diserap meallui asumsi dan fakta sebelumnya dan bias mempengaruhi proses transformasi
Informasi akan lebih mengena apabila dijelaskan dari konsep yang sederhana ke yang komplek
Dukungan keluarga diperlukan untuk mendukung perubahan perilaku




ASKEP SEKSIO SESAREA



SEKSIO SESAREA


Definisi
            Persalinan sesarea adalah kelahiran bayi melalui abdomen dan insisi uterus. Kebanyakan alasan untuk melakukan persalinan cesarean adalah distress janin, posisi sungsang, distosia dan persalinan cesarean sebelumnya.

Jenis SC
  1. Seksio sesarea klasik : pembedahan secara sanger
  2. Seksio sesarea transperitoneal profunda (supra servicalis = lower segmen caesarean section)
  3. Seksio sesarea yang diikuti dengan histerektomi (caesarean hysterectomy = seksio histerektomy)
  4. Seksio sesarea vaginal

Indikasi SC
  1. Indikasi ibu

·         Panggul sempit absolut
·         Tumor – tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
·         Stenosis servik
·         Plasenta previa
·         Disproporsi sefalopelvik
·         Ruptur uteri mebakat

  1. Indikasi janin

·        Kelainan letak (letak lintang, bokong, presentasi dahi dan muka)
·        Gawat janin


Presentasi Bokong ( sungsang)

            Terjadi jika bokong dengan / atau kaki merupakan bagian terndah janin. Pada pemeriksaan abdomen , kepala teraba di bagian atas, bokong pada daerah pelvis. Auskultasi menunjukan bahwa DJJ lokasinya lebih tinggi daripada yang diharapkan dengan presentasi verteks. Ada 3 macam presentasi bokong :
  1. Complete breech (presentasi bokong sempurna) : terjadi jika kedua kaki mengalami fleksi pada panggul dan lutut
  2. Frank breech (presentasi bokong murni) : terjadi jika kedua kaki mengalami fleksi pada panggul dan ekstensi pada lutut
  3. Footling breech (presentasi bokong kaki) : terjadi jika sebuah kaki mengalami ekstensi pada panggul dan lutut

Komplikasi presentasi bokong

1.      Pada janin :

·      Prolaps tali pusat
·      Trauma pada bayi akibat :tangan mengalami ekstensi, kepala mengalami ekstensi, pembukaan serviks belum lengkap dan disproporsi sefalopelvik
·      Asfiksia karena prolaps tali pusat, kompresi tali pusat, pelepasan plasenta  dan kepala macet
·      Perlukaan/trauma pada organ abdomen atau pada leher
·      Patah tulang leher

  1. Pada ibu :
·      Pelepasan plasenta
·      Perlukaan vagina atau servik
·      Endometritis

Pada umumnya seksio sesarea tidak dilakukan pada
·        Janin mati
·        Syok, anemia berat, sebelum diatasi
·        Kelainan congenital berat

Komplikasi pasca operasi
  1. Syok
  2. Hemoragi
  3. Retensio urinary
  4. Infeksi jalan kencing
  5. Distensi perut
  6. Terbukanya luka operasi eviserasi


Prinsip perawatan praoperatif
  1. Persipan kamar bedah

Pastikan bahwa :
·        Kamar bedah bersih (harus dibersihkan setiap kali selesai suatu tindakan)
·        Kebutuhan bedah dan peralatan tersedia, termasuk oksigen dan obat - obatan
·        Peralatan gawat darurat tersedia dan dalam keadaan siap pakai
·        Baju bedah, kain steril, sarung tangan, instrumen tersedia dalam keadaan steril dan belum kadaluarsa

  1. Persiapan pasien

·        Terangkan prosedur yang akan dilakukan pada pasien. Jika pasien tidak sadar terangkan pada keluarganya
·        Dapatkan persetujuan tindakan medis
·        Bantu dan usahakan pasien dan keluarganya siap secara mental
·        Cek kemungkinan alergi dan riwayat medis yang diperlukan
·        Siapkan contoh darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah
·        Cuci dan bersihkan lapangan insisi dengan sabun dan air
·        Jangan mencukur pubis jika tidak diperlukan karena dapat meningkatkan resiko infeksi
·        Pantau dan catat tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu)
·        Berikan pramedikasi yang sesuai
·        Berikan antasid untuk mengurangi keasaman lambung
·        Pasang kateter dan monitor pengeluaran urin
·        Pastikan informasi sudah disampaikan pada seluruh tim bedah

Prinsip perawatan intraoperatif

  1. Atur pasien pada posisi yang tepat untuk suatu prosedur tindakan
  2. Cuci tangan selama 3-5 menit
  3. Menyiapkan tempat insisi , usap kulit dengan antiseptik, jaga kesterilan lapangan bedah.
  4. Monitor tanda vital dan jaga hidrasi selama pembedahan
  5. Atasi rasa nyeri dengan dukungan emosional dan penggunaan anestesi.
  6. Berikan antibiotik profilaksis perioperatif
  7. Lakukan insisi

Membuka perut


·        Sayatan perut dapat secara Pfannenstiel atau mediana dari kulit sampai fasia (jika menggunakan anestesi local, jangan melakukan insisi Pfannenstiel , karena memerlukan waktu dan obat anestesi yang banyak.
·        Setelah fasia disayat 2-3 cm , insisi fasia diperluas dengan gunting
·        Pisahkan muskulus rektus abdominis dengan jari atau gunting
·        Buka peritoneum dekat umbilicus dengan jari
·        Retractor dipasang di atas tulang pubis
·        Pakailah pinset untuk memegang plika vesiko uterina dan buatlah insisi dengan gunting ke lateral
·        Pisahkan vesika urinaria dan dorong ke bawah secara tumpul dengan jari – jari

Membuka uterus


·        Segmen bawah uterus disayat melintang kurang lebih 1 cm di bawah plika vesiko uterine dengan skalpel  +_  3 cm
·        Insisi diperlebar ke lateral secara tumpul dengan jari tangan
·        Jika segmen bawah uterus masih tebal , insisi diperlebar secara tajam dengan gunting atau pisau
·        Insisi dibuat cukup besar untuk melahirkan kepala dan badan bayi

Melahirkan bayi dan plasenta


·          Selaput ketuban dipecahkan
·          Untuk melahirkan bayi, masukan 1 tangan kedalam kavum uteri antara uterus dan kepala bayi
·          Kemudian kepala bayi diluksir keluar secara hati – hati agar uterus tidak robek
·          Denga tangan lain, sekaligus menekan hati – hati abdomen ibu di atas uterus untuk membantu kelahiran kepala.
·          Jika kepala bayi telah masuk panggul, mintalah seorang asisten untuk mendorongnya ke atas secara hati – hati
·          Sedot mulut dan hidung bayi , kemudian lahirkan badan dan seluruh tubuh
·          Berikan oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. 9garam fisiologik/RL_ 60 tetes/menit selama 1 – 2 jam
·          Jepit dan potong tali pusat, selanjutnya bayi diserahkan kepada asisten
·          Berikan antibiotika profilaksis tunggal intraoperatif, setelah tali pusat dipotong :

-          ampisilin 2 g I.V.
-          ATAU sevazolin 1g I.V.

·        Plasenta dan selaput dilahirkan dengan tarikan hati – hati pada tali pusat. Eksplorasi ke dalam kavum uteri untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang tertinggal

Menutup insisi uterus

·        Jepit tepi luka insisi pada segmen bawah uterus dengan klem Fenster, terutama pasa kedua ujung luka. Perhatikan adanya robekan atau cedera pada vsika urinaria
·        Dilakukan dengan jahitan hemostasis secara jelujur dengan catgut kromik no. 0 atau poliglikolik
·        Jika masih ada perdarahan dari tempat insisi, lakukan jahitan simpul 8. tidak diperlukan jahitan lapis kedua
·        Juga tidak perlu menutup plika vesiko uterina

Menutup perut


·         Yakinkan tidak ada perdarahan lagi
·         Fasia abdominalis dijahit jelujur dengan catgut kromik no. 0
·         Apabila tidak ada tanda – tanda infeksi , kulit dijahit dengan nilon atau catgut kromik secara subkutikuler.

Prinsip perawatan pascapersalinan
           
            Perawatan awal
           
·         Letakan pasien dalam posisi pemulihan
·         Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
·         Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
·         Transfusu jika diperlukan
·         Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah

Fungsi gastrointestinal


·         Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
·         Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
·         Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
·         Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik

Pembalutan dan perawatan luka


·         Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu banyak jangan mengganti pembalut
·         Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk mengencangkan
·         Ganti pembalut dengan cara steril
·         Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih

Perawatan fungsi kandung kemih


·         Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah semalam
·         Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih
·         Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai minimum 7 hari atau urin jernih.
·         Jika sudah tidak memakai antibiotika  berikan nirofurantoin 100 mg per oral per hari sampai kateter dilepas

Jika masih terdapat perdarahan :

·         Lakukan masase uterus
·         Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL) 60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin

            Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas demam selama 48 jam :
·        Aampisili 2 g I.V. setiap 6 jam
·        Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
·        Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam

Analgesik
·         Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting