Saturday 29 December 2012

Askep DM


DIABETES MELLITUS


A.     Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

B.     Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
  1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
  2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
  3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
  4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

C.     Etiologi
  1. Diabetes tipe I:
a.       Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.      Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c.       Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
  1. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a.       Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b.      Obesitas
c.       Riwayat keluarga
 

D.      Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1.     Katarak                                               
2.     Glaukoma
3.     Retinopati
4.     Gatal seluruh badan
5.     Pruritus Vulvae
6.     Infeksi bakteri kulit
7.     Infeksi jamur di kulit
8.     Dermatopati
9.     Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
E.      Pemeriksaan Penunjang
  1. Glukosa darah sewaktu
  2. Kadar glukosa darah puasa
  3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
-         Plasma vena
-         Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
-         Plasma vena
-         Darah kapiler


< 100
<80


<110
<90


100-200
80-200


110-120
90-110


>200
>200


>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1.      Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2.      Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3.      Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

F.     Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.      Diet
2.      Latihan
3.      Pemantauan
4.      Terapi (jika diperlukan)
5.      Pendidikan

H.    Pengkajian
§  Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
§  Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
§  Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

§  Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
§  Integritas Ego
Stress, ansietas
§  Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
§  Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
§  Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
§  Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
§  Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
§  Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

I.        Masalah Keperawatan
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
  2. Kekurangan volume cairan
  3. Gangguan integritas kulit
  4. Resiko terjadi injury

J.       Intervensi
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
      Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
§  Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
§  Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
§  Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
§  Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
§  Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
§  Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
§  Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
§  Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
§  Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
§  Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
§  Kolaborasi dengan ahli diet.

  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :
§  Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
§  Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
§  Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
§  Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
§  Pantau masukan dan pengeluaran
§  Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
§  Catat hal-hal  seperti mual, muntah dan distensi lambung.
§  Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
§  Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)

  1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
      Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan    penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
§  Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
§  Kaji tanda vital
§  Kaji adanya nyeri
§  Lakukan perawatan luka
§  Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
§  Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.



  1. Resiko terjadi injury berhubungan dengan  penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
§  Hindarkan lantai yang licin.
§  Gunakan bed yang rendah.
§  Orientasikan klien dengan ruangan.
§  Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
§  Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi




DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Ikram, Ainal,  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002









Askep DHF


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF

A.     Pengertian

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES ( AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY )

B.     Penyebab

Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty )

C.     Tanda dan gejala

Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
-         Meningkatnya suhu tubuh
-         Nyeri pada otot seluruh tubuh
-         Suara serak
-         Batuk
-         Epistaksis
-         Disuria
-         Nafsu makan menurun
-         Muntah
-         Ptekie
-         Ekimosis
-         Perdarahan gusi
-         Muntah darah
-         Hematuria masih
-         Melena

D. Klasifikasi DHF menurut WHO
Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju tourniquet positif )

Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.

Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan  lemah, tekanan nadi menurun ( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )

Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur

Pemeriksaan Diagnostik
-         Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )
-         Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )
-         Rontgen Thorac = Effusi Pleura


E.      Penatalaksanaan
§  Medik
A.     DHF tanpa Renjatan
-         Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
-         Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
-         Jika kejang maka dapat diberi luminal  ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
-         Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

B.     DHF dengan Renjatan

-         Pasang infus RL
-         Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
-         Tranfusi jika Hb dan Ht turun
§  Keperawatan
  1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
-         Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
-         Observasi intik output
-         Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3   jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
-         Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
-         Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

  1. Resiko Perdarahan
-         Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
-         Catat banyak, warna dari perdarahan
-         Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal

  1. Peningkatan suhu tubuh
-         Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
-         Beri minum banyak
-         Berikan kompres



F. Asuhan Keperawatan pada pasien DHF

Pengkajian
-         Kaji riwayat Keperawatan
-         Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan , mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda – tanda renjatan  ( denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran )

Diagnose Keperawatan
1.      Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam
2.      Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan
4.      Hiertermi berhubungan dengan proses infeksivirus
5.      Perubahan proses proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak

Perencanaan
1.      Anak menunjukkan tanda – tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
2.      Anak menunjukkan tanda – tanda perfusi jaringan perifer yang adekwat
3.      Anak menunjukkan tanda – tanda vital dalam batas normal
4.      Keluarga menunjukkan kekoping yang adaptif
Implementasi
1.      Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
-         Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
-         Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung, produktie urin menurun
-         Mengobservasi dan mencatat intake dan output
-         Memberikan hidrasi yang adekwat sesuai dengan kebutuhan tubuh
-         Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah BJ urin , serum tubuh
-         Mempertahankan intake dan output yang adekwat
-         Memonitor dan mencatat berat badan
-         Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
-         Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat ( insesible water loss / IWL )

2.      Perfusi jaringan Adekwat
-         Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital ( kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah , Cappilary Refill )
-         Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ektremitas ( suhu , kelembaban dan warna )
-         Menilai kemungkinan terjadinya kematian aringan pada ekstremitas seperti dingin , neri , pembengkakan kaki )

3.      Kebutuhan nutrisi adekwat
-         Ijinka anak memakan makanan yang dapa ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
-         Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi 
-         Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
-         Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
-         Mempertahankan kebersihan mulut pasien
-         Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekwat untuk penyembuhan penyakit

4.      Mempertahankan suhu tubuh normal
-         Ukur tanda – tanda vital suhu tubuh
-         Ajarkan keluarga dala pengukuran suhu
-         Lakukan “ tepid sponge”  ( seka ) dengan air biasa
-         Tingkatkan intake cairan
-         Berikan terapi untuk menurunkan suhu
5.      Mensupport koping keluarga Adaptif
-         mengkaji perasaan dn persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
-         Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi faktor yang paling mencmaskan keluarga
-         Identifikasikan koping yang biasa digunakan dn seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan

G. Pencegahan DHF
Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara:
-         Rumah selalu terang
-         Tidak menggantung pakaian
-         Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali
-         Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan
-         Tutup tempat penampungan air
Perencanaan pemulangan dan PEN KES
-         Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
-         Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping
-         Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala
-         Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995
Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267