Thursday 27 December 2012

EFUSI PLEURA DENGAN PEMASANGAN WSD


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
EFUSI PLEURA DENGAN PEMASANGAN WSD

1.      PENGERTIAN
Efusi Pleura adalah penimbunan cairan dalam rongga pleura. Cairan ini dapat berbenuk caiaran transudat dan eksudat.

2.      ETIOLOGI
1.      Transudat
Gagal jantung, kongesif, Sindroma nefrotik, Ascites, Tumor, Sindroma vena cava superior.
2.      Eksudat
Infeksi, TBC, Pneumonia, Tumor, Infak paru.
3.      Hemorrhagic
Trauma, Infeksi, TBC, Tumor
4.      Efusi Bilateral
Gagal jantung Kongestif, Sindroma nefrotik, Ascites, Infark Paru, SLE, Tumor, TBC.

3.      TANDA DAN GEJALA
1.      Dispnea, Takipnea
2.      Kesulitan pernafasan
3.      Gelisah, cemas
4.      Takhikardi
5.      Ekspansi dada tak simetris

4.      PATOFISIOLOGIS DAN PATHWAY
Pada orang normal cairan dironga pleura sebanyak 1-20 ml. Jumlah cairan di rongga pleura tetap karena adanya keseimbangan antara produksi (oleh pleura parietalis) dan absorbsi (oleh pleura visceralis). Keseimbangan ini terjadi karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9cm H2O dan tekanan asmotik koloid pleura visceralis 10cm H2O. Akuumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila:

1.      Tekanan osmotic koloid menurun
MISAL: HIPOALBUMIN
2.      Bartambahnya:
a.       Permeabilitas kapiler (Radang, Neoplasma)
b.      Tekanan Hidrostatik (Gagal Jantung)
c.       Tekanan negative intra pleura (Atelektasis)
Analisa cairan pleura :
§  Transudat                          : Jernih kuning
§  Silothoraks                        : Putih sperti susu
§  Empiema                           : Kental dan Keruh
§  Empiema Anaerob            : Bau busuk
§  Malignan Messothelioma  : Sangat kental dan berdarah

4.      PENATALAKSANAAN
1.      Dilakukan foto thorax
2.      Pemasangan WSD
5.      ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
§  Drainage dada: jumlah, warna, karakter
§  Dispnea
§  Kesulitan pernafasan, gelisah
§  Takipnea
§  Takhikardia
§  Ekspansi dada tak simetris
§  Krepitasi
§  Lemas
§  Bunyi nafas pada bagian yang sakit: ronkhi

B.     Diagnosa keperawatan
1.      Pola nafas tidak tidak efektif berhubungan dengan expansi paru akibat adanya penumpukan cairan dirongga pleura.
Intervensi:
a.       Berikan posisi tidur semi fowler atau setengah duduk
b.      Berikan O2 2lt/menit sesuai dengan instruksi medis
c.       Monitor vital sign tiap 1-2 jam
d.      Sarankan pada klien untuk mengurangi aktifitas
e.       Berikan ventilasi ruangan yang cukup
Kolaborasi medis untuk pemasangan WSD
f.       Ajarkan dengan batuk efektif
2.      Nyeri berhubungan dengan pemasangan drainage pada rongga pleura.
Intervensi:
a.       Kaji rasa nyeri, lokasi, durasi dan intensitas dari nyeri
b.      Monitor vital sign tiap 1-2 jam
c.       Ajarkan tekhnik relaksasi
d.      Atur posisi tidur 1/2 duduk
e.       Kolaborasi medus untuk pemberian analgetik
3.      Resiko tinggi terjadinya kerusakan gas berhubungan dengan kemungkinan terjadi tension pneumothorak sekunder terhadap sumbatan pada selang dada.
Intervensi:
a.       Pantau status pernafasan setiap 1-2 jam
b.      Pantau sistem drainage, kaji warna 4 jumlah cairan yang keluar
c.       Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan
d.      Observasi vital sign setiap 1-2 jam
e.       Pantau AGD
f.       Beritahukan medis bila timbul tanda-tanda kegagalan nafas
4.      Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan
Intervensi:
a.       Monitor tanda-tanda infeksi (kemerahan, nyeri, panas, bengkak)
b.      Monitor vital sign tiap 2-4 jam
c.       Lakukan perawatan luka dan penggantian cairan botol WSD secara aseptik dan antiseptik
d.      Lakukan fixasi drainage dengan kuat
e.       Kolaborasi modis untuk pemberian antibiotik
5.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pemasangan WSD
Intervensi:
a.       Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b.      Luangkan waktu untuk mendengarkan keluhan klien
c.       Berikan support mental
d.      Observasi keadaan pasien setiap 1-2 jam







DAFTAR PUSTAKA

Barbara engram, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan, Medical Bedah Volume 2, ECG, Jakarta.
Mochtar Amin, 1989, Ilmu Penyakit Paru, Penerbit: Universitas Erlangga
Suddat & Brunei, 1998, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume, ECG, Jakarta.
Susan Martin Tucker, 1998, Standart Perawatan Pasien Edisi V, ECG, Jakarta.























fraktur mandibularis


FRAKTUR OS.MANDIBULARIS


DEFiNISI

Rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat disebabkan oleh trauma  baik secara langsung atau tidak langsung.

PATOFISIOLOGI

Penyebab fraktur adalah trauma

Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
·         Osteoporosis Imperfekta
·         Osteoporosis
·         Penyakit metabolik

 

TRAUMA

Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi dagu langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).

TANDA DAN GEJALA
·         Nyeri hebat di tempat fraktur
·         Tak mampu menggerakkan dagu bawah
·         Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
·         X.Ray
·         Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
·         Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
·         CCT kalau banyak kerusakan otot.

PENATALAKSANAAN MEDIK
·         Konservatif : Immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.
·         Operatif : dengan pemasangan Traksi, Pen, Screw, Plate, Wire ( tindakan Asbarg)
RENCANA KEPERAWATAN
Prioritas Masalah
·         Mengatasi perdarahan
·         Mengatasi nyeri
·         Mencegah komplikasi
·         Memberi informasi tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan

NO
DX. KEPERAWATAN
INTERVENSI

RASIONAL

1.
Potensial terjadinya syok sehubungan dengan perdarah-an yang banyak
INDENPENDEN:
·  Observasi tanda-tanda vital.
·  Mengkaji sumber, lokasi, dan banyaknya per darahan
·  Memberikan posisi supinasi

·  Memberikan banyak cairan (minum)

KOLABORASI:
·  Pemberian cairan per infus
·  Pemberian obat koagulan sia (vit.K, Adona) dan penghentian perdarahan dengan fiksasi.
·  Pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht)


·  Untuk mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkin
·  Untuk menentukan tindakan


·  Untuk mengurangi per darahan dan mencegah kekurangan darah ke otak.
·  Untuk mencegah kekurangan cairan
(mengganti cairan yang hilang)

·  Pemberian cairan per infus.

·  Membantu proses pembekuan darah dan untuk meng hentikan perdarahan.


·  Untuk mengetahui kadar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak.
2.
Gangguan rasa nyaman:
Nyeri  sehubungan dengan perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas
INDEPENDEN:
·  Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng-gunakan skala nyeri (0-10)
·  Mempertahankan immobilisasi (back slab)
·  Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
·  Menjelaskan seluruh prosedur di atas

KOLABORASI:
·  Pemberian obat-obatan analgesik



·  Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindak annya.
·  Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka.
·  Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me ngurangi nyeri.
·  Untuk mempersiapkan mental serta agar pasien be-partisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan.
·  Mengurangi rasa nyeri
3.
Potensial infeksi sehubungan dengan luka terbuka.
INDEPENDEN:
·  Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa.
·  Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
·  Merawat luka dengan meng-gunakan tehnik aseptik
·  Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.
KOLABORASI:
·  Pemeriksaan darah : leokosit

Pemberian obat-obatan :
·  antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus)
·  Persiapan untuk operasi sesuai indikasi


·  Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.



·  Meminimalkan terjadinya kontaminasi.

·  Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.
·  Merupakan indikasi adanya osteomilitis.




·  Lekosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi

·  Untuk mencegah kelanjutan terjadinya infeksi dan pencegahan tetanus.
·  Mempercepat proses penyembuhan luka dan dan penyegahan peningkatan infeksi.
4.
Gangguan aktivitas s/d keru-sakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi.
INDEPENDEN:
·  Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut.
·  Mendorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).


·  Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.

·  Membantu pasien dalam perawatan diri


·  Auskultasi bising usus, monitor kebiasaan eliminasi dan menganjurkan agar b.a.b. teratur.
·  Memberikan diit tinggi protein , vitamin ,  dan mineral.

KOLABORASI :
·  Konsul dengan bagian fisioterapi


·  Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proporsional)


·  Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkan perasaan me-ngontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.
·  Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
·  Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
·  Bedrest, penggunaan analgetika dan perubahan diit dapat menyebabkan penu-runan peristaltik usus dan konstipasi.
·  Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB
·  Untuk menentukan program latihan.
5.
Kurangnya pengetahuan ttg kondisi, prognosa, dan pengo- batan sehubungan dengan kesalahan dalam pe- nafsiran, tidak familier dengan sumber in-  formasi.
INDEPENDEN:
·  Menjelaskan tentang kelainan yg muncul  prognosa, dan harapan yang akan datang.
·  Memberikan dukungan cara-cara mobilisasi dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh bagian fisioterapi.

·  Memilah-milah aktifitas yg bisa mandiri dan yang harus dibantu.


·  Mengidentifikasi pelayanan umum yang tersedia seperti team rehabilitasi, perawat keluarga (home care)
·  Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan.


·  Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari depan sehingga pasien dapat menentu kan pilihan..
·  Sebagian besar fraktur memerlukan penopang dan fiksasi selama proses pe- nyembuhan shg keterlambatan penyembuhan disebabkan oleh penggunaan alat bantu yang kurang tepat.
·  Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang perlu menolongnya (apakah fisioterapist, perawat atau ke- luarga).
·  Membantu mengfasilitasi perawatan mandiri memberi support untuk mandiri.


·  Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama (kurang lebih 1 tahun) sehingga perlu disiapkan untuk perencanaan perawatan lanjutan dan pasien kooperatif.






DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

google.com